Tradisi Surak di Watu Tameng Gunung Jati : Agar Terhindar dari Mara Bahaya

oleh -27 Dilihat
oleh

Tradisi melempar uang ( surak ) ke Watu Tameng sudah berlangsung sejak lama dan sudah menjadi kebiasaan. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa sedih seseorang agar kiran terhindar dari musibah.

FOKUS BERITA CIREBON – Tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat yang melintas di Jalan Raya Gunung Jati atau yang hendak berziarah ke Makan Sunan Gunung Jati, Cirebon. Ketika melintas di situs Watu Tameng, sebuah batu besar yang terdapat diatas sebuah lokasi tinggi ( mirip bukit ) mereka sering melemparkan uang.

Tradisi melempar uang ( surak ) ke Watu Tameng sudah berlangsung sejak lama dan sudah menjadi kebiasaan. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa sedih seseorang agar kiran terhindar dari musibah.

Hingga kini Watu Tameng masih dikeramatkan oleh warga sekitar, pengendara kendaraan yang melintas dan atau para peziarah yang hendak berziarah ke Astana Gunung Sembung tempat Sunan Gunung Jati dimakamkan dan berziarah ke makam Syekh Datul Kahfi. Mereka yakin batu tersebut bisa menolak bala atau hal-hal negatif. Kata laim yang tepat adalah memberikan sedekah agar terhindar dari marabahaya. Artinya, uang yang dilempar ( surak ) tersebut diibaratkan seperti berdoa agar diberikan keselamatan.

Keberadaan Watu Tameng di Gunung Jati sudah ada sejak ratusan tahun lalu, bahkan batu tersebut tidak pernah berpindah tempat. Menurut historynya batu tersebut digunakan sebagai penanda batas wilayah.

Di Gunung Jati, dahulu ada dua pesantren besar, yaitu pesantren Giri Amparan Jati yang didirikan oleh Syekh Nurjati pada tahun 1420 dan pesantren Sembung yang dibangun Sunan Gunung Jati tahun 1440. Sebagai pembatas dari dua pesantren adalah Watu Tameng.

Sementara itu, pesantren Giri Amparan Jati sepeninggal Syekh Nurjati atau dilanjutkan oleh Pangeran Cakrabuana, kemudian ke Syekh Datuk Kahfi. Namun, pada masa Sunan Gunung Jati pesantren kemudian dipindahkan dan dibangun kembali dengan nama pesantren Sembung.

Istri Sunan Gunung Jati, Putri Ong Tien wafat dimakamkan di pesantren Giri Amparan Jati, Pangeran Cakrabuana, Pangeran Kejaksan, Pangeran Panjunan dikubur disana juga yang hingga saat makam-makam tersebut tetap ada namun sudah berganti menjadi lokasi pemakaman leluhur Cirebon.

Watu Tameng pada zamannya, dijaga oleh seseorang yang mendapat julukan Ki Gede Watu Tameng. Ini menandakan bahwa Watu Tameng merupakan sebutan pangkat atau jabatan seseorang yang tercatat di wilayah tersebut.

Penulis : dg